Orang tua sudah sepatutnya memantau tumbuh kembang anak setiap saat. Selain untuk menjaga agar anak bisa tumbuh sehat dan optimal, memantau tumbuh kembang anak juga penting untuk mendeteksi secara dini tanda-tanda gangguan tumbuh kembang agar bisa dicegah atau ditangani sesegera mungkin.
Proses tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Menurut Ketua Unit Kerja Kelompok Tumbuh Kembang, Ikatan dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K), untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat, orang tua perlu memenuhi kebutuhan dasar anak, diantaranya nutrisi, stimulasi, imunisasi, aktivitas bermain, dan tidur.
Orang tua perlu tahu bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dua hal yang berbeda, tetapi selalu berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif atau dapat diukur. Pertumbuhan biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis pada tubuh anak. Sementara yang dimaksud dengan perkembangan (development) adalah perubahan kuantitatif dan kualitatif yang meliputi bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan terjadi dalam pola yang teratur seiring dengan proses pematangan/maturitas anak. Pada perkembangan sendiri banyak aspek yang harus diperhatikan, seperti motorik, psikososial , kognitif, dan bahasa.
Agar orang tua dapat lebih memahami proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada si kecil, ketahui lebih jauh tahapan tumbuh kembang anak yang berlangsung pada fase batita:
1. Perkembangan Fisik

Aspek ini meliputi pertambahan berat badan, tinggi badan, serta keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Untuk memperkirakan berat badan normal anak(dalam kilogram), orang tua dapat menggunakan rumus dari richard E Behrman
- Lahir : 3,25 Kg
- Bayi 3-12 bulan : (umur (bulan) + 9) : 2 kg
- Anak 1-6 tahun : (umur (tahun) x 2 + 8 kg
Untuk memperkirakan tinggi badan si kecil Orang tua dapat menggunakan panduan berikut:
- 1 tahun : 1,5 x tinggi badan saat lahir
- 4 tahun : 2 x tinggi badan saat lahir
- 6 tahun : 1,5 x tinggi badan saat umur 1 tahun
2. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik dibagi dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan si Kecil. Contoh perkembangan motorik kasar yaitu kemampuan berguling, telungkup, duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga, melompat, dan sebagainya
Sementara, yang dimaksud dengan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu. Misalnya, kemampuan menggenggam benda, memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menggunting, menyusun balok, dan lain sebagainya.
Tahapan tumbuh kembang anak yang baik dan sehat adalah yang berlangsung sesuai dengan tahapan usianya . Misalnya, saat si Kecil berusia 12-18 bulan ia sudah bisa berdiri sendiri tanpa berpegangan. Atau, pada usia 18 bulan ia sudah mampu bertepuk dan melambaikan tangan.
Baca juga: Tips Mendidik Anak Agar Mau Mendengarkan – Tips Parenting
3. Perkembangan Kognitif

Perkembangan ini berkaitan dengan pengetahuan, atau bagaimana si Kecil mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Proses tahap tumbuh kembang anak ini sudah berlangsung sejak si Kecil dilahirkan lho. Bayi memiliki kemampuan menyimpan informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran, dan melalui indera lainnya. Bukan hanya itu, si Kecil juga mampu merespon berbagai informasi tersebut secara sistematis.
Beberapa ciri perkembangan kognitif pada batita:
- 0-12 bulan
Mulai mengembangkan konsep (misalnya sadar akan rasa lapar), senang bermain, minat terhadap lingkungan meningkat, memahami sebab akibat, memahami objek, mengeksplorasi sekitar, mengeksplorasi benda dengan bermacam cara (misalnya memasukkan benda ke dalam mulut), dan dapat bermain dengan pola yang simpel. - 12-24 bulan
Dapat menemukan objek yang disembunyikan, dapat merespon instruksi sederhana, mengetahui bagian-bagian tubuhnya, dapat bermain pura-pura, belajar makan-minum sendiri, dan menirukan pekerjaan rumah tangga. - 24-36 bulan
Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya bila diminta, dapat menyebut dengan benar nama dua benda atau lebih, mampu menggabungkan dua kata menjadi kalimat, dan menggunakan nama sendiri untuk menyebut dirinya.
4. Perkembangan Bahasa

Tahap tumbuh kembang anak juga meliputi kemampuan berbicara dan berbahasa. Kemampuan berbahasa dapat menjadi indikator seluruh perkembangan anak lho, Bun. Melalui kemampuan berbahasa si Kecil, Orang tua dapat mendeteksi keterlambatan ataupun kelainan pada sistem lain, seperti kemampuan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi, dan lingkungan di sekitar anak.
Beberapa ciri perkembangan bahasa pada batita:
- 0-12 bulan
Merespon terhadap suara, menunjukkan ketertarikan sosial terhadap wajah dan orang, babbling (mengulang konsonan/vokal), memahami perintah verbal, dan mampu menunjuk ke arah yang diinginkan. - 12-24 bulan
Mampu memproduksi dan memahami kata-kata tunggal, mampu menunjuk bagian-bagian tubuh, perbendaharaan kata meningkat pesat, dan mampu mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2 kata atau lebih. - 24-36 bulan
Memiliki pemahaman yang baik terhadap percakapan yang familiar (misalnya oleh keluarga), mampu melakukan percakapan melalui tanya-jawab, dan mampu bertanya “mengapa”.
5. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial berkaitan dengan aspek-aspek psikologis, seperti emosi, motivasi, perkembangan diri pribadi, serta bagaimana si Kecil berhubungan dengan orang lain. Pada fase tumbuh kembang anak ini, si Kecil juga mulai belajar bertanggung jawab dan mengendalikan perasaannya.
Beberapa ciri perkembangan psikososial pada batita:
- 0-12 bulan
Bonding antara orang tua dan bayi, tersenyum, berceloteh, lebih menyukai ibu, merespon bila namanya dipanggil, senang diajak bermain, dan memahami perintah sederhana. - 12-24 bulan
Meminta sesuatu dengan menunjuk (tanpa menangis/merengek), memeluk orang tua, meniru aktivitas di rumah, dan mulai berbagi mainan dengan anak lain. - 24-36 bulan
Menunjukkan kemarahan bila terhalang, mampu bermain pura-pura, mulai membentuk hubungan sosial dan bermain bersama anak lain.
Tahap tumbuh kembang anak usia dini sering disebut berjalan sangat cepat. Maka dari itu, pastikan Anda sebagai orang tua selalu memantau proses ini sehingga tidak ada perkembangan yang terlewatkan. Bila ada sinyal hambatan pada proses tumbuh kembang si Kecil, Anda dapat segera mencari tahu permasalahannya dan melakukan penanganan untuk mengatasinya sejak dini.
Baca juga: Cara Menahan Emosi di Depan Anak
Pingback: Dampak Broken Home Bagi Anak yang Perlu Diketahui - Parenting